Beautiful Moment

Last week was a beautiful day. Really. Nonton superhero favorit sepanjang masa, dan bersama perempuan. Iya, perempuan. Sesuatu yg sudah atau bahkan hampir tidak pernah saya lakukan lagi selama mungkin satu atau dua tahun ke belakang.

Melanjutkan hari dengan bermain sepeda walaupun ogah-ogahan karena melihat ramainya pantai pada hari itu. Dan saya tidak terlalu menyukai keramaian. Membuat kita merasa terasing, kan? Tapi akhirnya, melihat perempuan itu bersepeda, hati ini goyah juga. Merogoh kantong untuk mencari uang 15 ribu, dan langsung mengayuh sepeda rentalan itu menyusuri pantai bengkulu. Dan tidak lupa pula, spotify dengan deretan lagu yg tidak saya kira akan mendukung suasana saat itu.

Setahun lebih tidak pernah berolahraga membuat nafas dan kaki tidak bisa tahan lama. Harusnya hati ini berkata “ayo!” bukan “berhentilah mengayuh”. Namun, perempuan itu disana bersepeda dengan bahagia. Atau setidaknya kelihatan bahagia, entah itu hal yang dipaksakan atau tidak.  Sontak perasaan berkata “masa kalah sama perempuan?!”. Dan pelangi sehabis gerimis itu muncul. ” Mungkin aku diharuskan mengayuh lagi, agar bahagia”, aku membatin seraya mengayuh.

Ketika mengayuh kembali ke tempat semula, spotify memutar lagu “Heroes” David Bowie dan di langit seberang, matahari tengah terbenam. Dude, at the moment, i feel infinity. Like Logan Lerman and Emma Whatson felt in The Perks of Being Wallflower. I really do. Oh Tuhan, ini membahagiakan sekali.

Dan kemudian, aku menatap ke belakang. Melihat perempuan itu, bersepeda dengan bahagia, bersama orang yg ingin menjadi lelakinya. Lelaki itu adalah temanku. Pada saat itu, entah kenapa aku berbahagia untuk mereka. Sungguh. Rainbow, Good Music, sunset, and teman-teman yg berbahagia. Apa lagi yg saya perlukan?

you know what make that day so beautiful? When i feel happy when somebody feel happy. Im not the part of their happiness, but you feel so happy to them. That’s my friend, was so freakin beautiful.

Ps : Tulisan ini cuma buat ngisi.blog yang udah dianggurin setahun lebih. Fvck you grammar.

Televisi, dan Logika Yang Tidak Bisa Saya Pahami

Dulu, saat masih kanak-kanak hingga beranjak remaja, aneh rasanya sehari saja tidak menonton televisi. Apalagi di hari minggu, tak wajar rasanya jika saya memutuskan untuk keluar rumah, bermain dari pagi hingga maghrib. Aneh.  Bahkan makruh hukumnya pergi di hari minggu (bahkan untuk urusan pendidikan sekalipun), karena saya tau bahwa di hari minggu adalah hari dimana tayangan anak-anak memenuhi segala ruang di televisi swasta. Oke, mungkin tidak semuanya, tapi kebanyakan iya. Hari minggu adalah surga kecil anak-anak. Setidaknya, dahulu seperti itu.

Kemudian, perlahan lahan beberapa hal berubah. Saya mulai beranjak besar, dan zaman mulai bertambah canggih, dan aneh. Dan tayangan televisi semakin tidak karuan. Dahulu televisi bagian penting dari informasi. Saya tidak malu mengakui bahwa ketika masih bocah, saya tidak akan mau makan kalo tidak sambil menonton televisi. Kalo keadaannya mati lampu, ya saya tungguin sampe hidup. Kalo matinya dari pagi sampe maghrib, maka makan saya hari itu dijamak ke maghrib semua. Begitulah..  pada zaman dahulu.. btw, ini bukan dongeng. Tapi hari ini, apa yang terjadi di hadapan kita..

Sebagai anak yang sempat merasakan jadi bagian generasi 90-an (meskipun besar dan berkembang pada awal 2000-an), sedih rasanya melihat acara televisi hari ini. Ambil contoh pada acara hari minggu. Dulu, hari minggu saya rela bangun jam setengah lima subuh agar tidak ketinggalan serial Saint Seiya. Demi kartun saya rela bangun pagi! Demi sekolah ? ogahhh.. ini bukan contoh yang baik, jadi jangan dicontoh ya adik-adik.

Jadi dari pertama itu Saint Seiya terus nanti lanjut ke Ultraman, Chibi Maruko Chan, Let’s and Go,  Bakabon, VR Troopers, Voltron, Power Rangers, Doraemon, Kabutaku, Beyblade,Dragon Ball, YU-GI-sampai acara terakhir hari itu (bahkan sampe wiro Sableng!). Tapi biasanya, jam 11 saya udah berenti nonton karena udah dijemput sama tetangga-tetangga buat main bola, main sepeda atau sekedar maling jambu tetangga. Dan selang kurang lebih 10 hingga 12 tahun kemudian, saya melihat keadaan yang menyedihkan untuk anak-anak saat ini. Mereka tidak lagi punya tontonan seperti jaman saya dulu. Kejam.

Terlepas dari kurangnya hiburan untuk anak-anak ( ayolah, tidak mungkin seumur hidup mereka hanya dijejali Upin-Ipin dan Sponge Bob saja!), saya merasa kualitas siaran televisi kita saat ini dalam tahap mbuh, yang bikin kita geleng-geleng kepala. Semenjak kuliah, saya jarang menonton televisi, awalnya memang karena tivi warisan di kosan rusak, tapi lama kelamaan saya justru bersyukur. Acara saat ini sungguh astaghfirullah haladzim sekali.

Awal 2000-an, tidak pernah rasanya ada pernikahan artis yang disiarin LIVE di TV Swasta. Tapi sekarang, pernikahan Raffi Ahmad – Nagita Slavina disiarkan LIVE selama beberapa jam (atau mungkin beberapa hari). Ketika tau dari Twitter bahwa pernikahan ini disiarkan LIVE, yang ada dalam pikiran saya adalah “Siapa yang butuh melihat pernikahan ini seharian ?”. Lah, kita kan bukan sanak saudaranya mereka, boro-boro saudaraan, kenal pribadi aja nggak. Belum lepas penasaran saya, sekarang persalinan Ashanty disiarkan LIVE oleh RCTI. ALLAHU AKBAR !

Saya tidak tau bagaimana jalan pikiran orang-orang yang menentukan acara-acara di televisi ini, tapi sejak kapan proses persalinan artis menjadi hal yang sedemikian “penting” untuk diinformasikan ? baca lagi, bukan berita tentang persalinan ya, tapi PROSES PERSALINAN itu yang diinformasikan. Secara live pula. Edan.  Penting endasmu njepat, mz.

Sama tidak mengertinya saya akan jalan pikiran Mas Anang, yang mau menandatangi kontrak untuk proses persalinan ini. Jujur, saya belum pernah melihat persalinan secara langsung, hanya saja membayangkan moment yang pribadi seperti ini – kalau tidak salah, wanita melahirkan melalui lubang di dekat vagina, atau di vagina itu sendiri(?)- disaksikan jutaan rakyat indonesia bikin saya nggak ngerti. Bayangkan daerah selangkangan istri anda disaksikan oleh ribuan hingga jutaan pasang mata, ngeri nggak ? saya harap pihak televisi hanya mengambil muka Ashanty saja. Jangan sampe daerah situ lah. Kasian.

Anang –dari apa yang saya baca- berkilah kalo dalam prosese persalinan ini terdapat nilai edukasi di dalamnya, dulu Ashanty pernah keguguran dan bertahan, hingga akhirnya hampir melahirkan sekarang. Saya hanya tidak tau letak nilai edukasinya dimana. Nilai edukasi yang mungkin belum bisa dimengerti oleh pengangguran baru lulus seperti saya ini.

Mereka mungkin lupa, bahwa ketika menyiarkan siaran ini, ada satu hal yang disebut “Frekuensi Publik”. Frekuensi publik yang didapat pihak televisi dari izin negara yang jika ditilik ke ujung, itu berasal dari pajak yang orang-orang bayar. Mereka merebut hak publik untuk mendapatkan siaran yang bermutu. Oke, karena saat ini susah mencari siaran yang bermutu, minimal ya yang  agak bener  lah. Yang etis. Yang bisa diterima akal. Lucu rasanya ketika Anang berdalih “yang terganggu, tinggal ganti Channel saja”.  Padahal, adalah hak warga negara menuntut atau memprotes program yang dianggap sudah keterlaluan. Dalam hal ini, keterlaluan noraknya. Atau bodohnya. Tergantung penilaian anda masing-masing

Tapi jika dilihat secara umum, percayalah kawan, dunia pertelevisian negara kita memang menyedihkan. Dari TV Berita yang tidak netral, televisi hiburan acaranya juga gimana ya. Booming satu acara, yang lain juga bikin yang mirip. Contohnya ? Booming GGS, maka muncullah 7 Manusia Harimau, Manusia Harimau. Booming Mahabarata dan hal yang india yang ANTV, Trans 7 juga nayangin serial India. Yang ANTV gila India, yang Indosiar Mabuk Dangdut. MNC TV ? gak usah dibahas ! Entahlah bang, adek capek ngeliatnya.

Selain itu, ada beberapa tayangan yang lari dari “jalurnya”. Sepengetahuan saya, dulu Dahsyat  itu adalah acara musik, yang dibahas ya Klip, Chart, sama Musik. Sekarang ? dahsyat sebagai acara musik itu kedok doang, dua kali saya nonton dahsyat dalam 2 bulan ini, yang ada malah sibuk ngebahas kehidupan pribadi Hostnya, Raffi Ahmad, Nagita Slavina, Dede, sampai Justin Bieber Girlfriend wannabe, Dijah Yellow. Njablug tenan.

Mungkin benar kita tidak butuh televisi, yang kita butuh hanya teman berbagi  yang seharusnya. Karena sekarang televisi tidak lagi membagikan apa yang seharusnya. Mereka udah berubah  😦

tentang beberapa pertanyaan yang hadir ke dalam kepalamu.. (2)

  1. bagaimana rasanya hari-harimu belakangan ini ?

Tidak terlalu baik, sejujurnya. Cenderung buruk. Mungkin seperti mahasiswa yang baru lulus pada umumnya, ini adalah saatpaling buruk. Bahkan rasanya, skripsi lebih baik daripada ini.

  1. Maksudmu, kau menyesal lulus ?

Bukan begitu, bedebah. Hanya saja entahlah. Rasanya masih lebih baik saat menjadi mahasiswa. Saat masih kuliah kita punya banyak teman, teman berjuang untuk satu tujuan, wisuda. Namun, sehari setelah itu hidup jadi tak menentu. Membingungkan (karena tak terbiasa) melihat mulai tidak adanya kepedulian antar tema. Berat. Ditambah sesungguhnya aku tidak punya terlalu banyak teman, dan keluarga juga tidak banyak membantu. Bukan, bukan mereka tidak ingi membantu, hanya saja mereka tidak tau harus membantu bagaimana.

  1. mengapa kau katakan saat ini adalah saat yang paling berat ?

karena dalam masa ini, kau seperti menghadapi dunia sendirian. Sulit meminta pertolongan teman, karena mereka pun tengah mempersiapkan jalan hidup mereka sendiri. Memang benar akan indah rasanya bila berjalan bersama, tapi kita sadar bahwa jalan manusia berbeda-beda bukan ?

 

  1. bagaimana dengan mereka yang berpacaran saat menghadapi situasi ini ? apakah mereka juga merasa sendirian ? padahal kan mereka berdua ?

ya mana saya tau Mz.. tanyakan saja pada mereka yang pacaran *sedih*

  1. mengapa kau tidak menanyakannya untukku ?

begini, hidup saya saat ini demikian berantakan, dan kau memintaku mengurusi hidup orang lain. Bukan main. IQ ?

  1. jangan marah bung, nanti tak ada yang naksir padamu !

emang kalo saya gak marah bakal ada yang naksir ? dah aku mah apa atuh kang, Cuma upil yang keselip di bawah meja L

  1. oke, mari kita bicarakan hal yang lebih ringan saja. Emmm, apa ya misalnya ?

kapas mungkin ? atau upil seperempat kilo ?

  1. bukan begitu yang kumaksud, bangsat! Baiklah, setelah kuliah apa yang membuatmu merasa lebih baik sebagai manusia dibanding beberapa tahun lalu ?

well, begini. Saat tamat SMA tahun 2010, saya adalah pecundang. Dan saat lulus kuliah september 2014, saya tetaplah seorang pecundang. Hanya saja dengan selera musik yang lebih baik.

  1. maksudmu ?

– setidaknya, dalam musik saya tau bahwa minat saya ada di alternative rock dan folk, walau saya tidak membatasi diri terhadap genre lain.

  1. memangnya selera musikmu dahulu bagaimana ?

entahlah. Hanya saja rasanya dulu itu tidak mencerminkan diri sendiri. Apa yang meledak di pasaran dan lingkungan saya bergaul, itu yang saya sukai, tapi kini beda.

Dulu yang meledak di pasaran saat saya SMA ada Armada, Peterpan, d’masov, Avenged Sevenfold dan MCR. Sekarang yang ngehits di anak-anak kota saya adalah Maroon 5, Noah, dan tentu saja itu anak-anak korea selatan. Apakah saya menyukai itu saat ini ? tidak untuk saat ini. Bahkan jujur, saya tidak tau Yoona SNSD itu seperti apa. Cantik, jelas. Tapi jika tidak ada keterangan namanya, saya tidak akan tau.

  1. jadi anda tidak suka K-Pop ?

bukan begitu, tapi tidak tertarik. Rasanya saya lebih memilih One direction, mungkin karena lebih mudah dimengerti.

  1. dan saat ini tidak menyukai Maroon 5 dan Noah ?

pernah dengar album “Songs About Jane” milik Maroon 5 dan “OST. Alexandria” punya peterpan ? bagi saya, itu album terbaik mereka. IMO, album terbaru Maroon 5 “V” itu berisik. 2 single terakhirnya, Maps dan Animals itu terkesan aneh. Maps rada ndangdut ya, Animal agak anoying. Single “seperti Kemarin” noah juga rada kedengaran aneh. Mungkin saya belum adaptasi sama sound noah semenjak diproduseri oleh orang asing itu.

  1. jadi musik bagaimana yang kau dengarkan ?

saya sangat suka musik dengan lirik yang bagus, dan mancintai artis yang mencintai lirik. Ya contohnya Coldplay, Arctic Monkeys, 30 Second to Mars, Landon Pigg dan tentu saja The Script. All time Low juga sih. Err, Lorde dan P!nk juga. Mungkin nanti saya akan bahagia pas ketemu orang yang selera musiknya sama seperti saya. Tapi sampe sekarang belum ketemu sih, hehe.

  1. Kok Barat semua Njing ? Ah gak nasionalis !

Kalo lokal suka sama Afgan, Tulus, peterpan, dan Titi DJ. Eh monkey 2 millionaire juga bagus sih.

  1. ada perbedaan gak sih antara selera musik di Sumatra Barat sama di Curup ?

yang paling kerasa sih di lagu daerah ya. Maksudnya di Sumbar rata-rata anak mudanya asih pada punya lagu daerah di ponsel mereka. Kalo di Curup beda sih.disini yang ada di henpon anak-anak mudanya ya musik yang lagi ngehits di pasaran. Sekarang misalnya, yang lagi in itu reaggae. Di hampir 60% hape anak mudanya sih pada punya dah tu lagu reaggae (BTW, nulis reaggae ini bener gak sih ?). sebelumnya saya gak tau dan gak suka sama Dhyo Haw, dipikiran saya itu “Who the fuck this guy?”, tapi setelah coba dengerin, tambah gak suka. meh…

 

  1. jelek banget ya emang ?

pertama, saya gak suka reaggae sih ya, satu lagu Reaggae yang disuka itu Cuma Redemption Song. Dan kedua liriknya nggak sesuai eksspektasi. Mbuh bangetlah. Maksudnya gini, saya kan suka banget sama lirik, jadi ya gak ngerti aja sih sama lirik-lirik yang begini. Di lagi “Goodbye Anjing” misalnya. Gak suka karena selera sih.

 

  1. wah, paham bener soal musik. Belajar dimana ?

Nggak, saya nggak paham musik kok. Tadi jawab sembarangan aja sih. Lagian dah aku mah apah atuh, main musik aja gak bisa, hahaha. Lo sih suruh jawab pertanyaan begituan… hahaha

 

  1. hahahah hanjir, jadi definisi temen menurut lo gimana ?

– yaelah tong, segala temen lu definisikan. Temenan aja dulu, kalo cocok ya lanjut, kalo gak cocok ya udah, tinggalin.

  1. itu milih temen apa milih pacar sih ?

– ya mirip kan ya, pacaran itukan temen juga, kondisinya ja yang dilebih-lebihin dikit. Pokoknya gitu lah, ngerti gak ? gue sih nggak. Hehe.

Intinya adalah pacar temen itu pacar kita juga #lah.

 

  1. jadi lebih milih temen atau pacar ? lebih milih temenan atau pacaran ?

– untuk pertanyaan pertama, itu pertanyaan bodoh. Kalo pertanyaan kedua, kalo temenan aja udah nyaman banget, kenapa mesti pacaran ?

  1. kok gitu ? bukannya status pacaran itu penting ya ? jadi kita merasa saling memiliki ?

– oke, memiliki ya. Terus punya kuasa atas hidup orang lain sampe ngatur-ngatur ? lah, elu siape tong ? gini deh.. pacaran itu apa ?

  1. bentar, googling dulu…

– meh.. bagi gue, pacaran itu Ilusi. Dulu, Zarry Hendrik pernah nulis ini :

“Sebenarnya pacaran itu adalah juga pendekatan. Jika kamu merasa pacaran adalah suatu hubungan yang berkomitmen, kamu hanya tertipu oleh anggapan umum. Pacaran adalah sesuatu yang sakral bagi orang-orang yang ingin berpasangan, tetapi tidak atau belum berani menikah. Sadarilah bahwa pacaran itu bukan suatu hubungan berpasangan yang sah, tidak diakui agama, bahkan pemerintah. Maka saranku, sesuai pemikiranku, terserah jika kamu ingin berpacaran untuk mencari keseruan. Tetapi mencari penghormatan cinta dengan berpacaran, mungkin kamu terlalu serius. Jika ingin serius, jangan tanggung-tanggung,  menikahlah. Tetapi jika belum siap menikah, kamu tak perlu repot-repot berpacaran.

Pada akhirnya, cinta tidak hanya membutuhkan perasaan, melainkan kesiapan. Suatu hubungan membutuhkan keduanya. Dan pacaran adalah hubungan yang mengada-ada, tempat orang-orang yang belum siap, tetapi secara emosional ingin memiliki. Maka dari itu kuberitahu kamu, jika  seseorang menyayangimu, pastikan ia tulus dan bertujuan. “

Dan sedikit banyak gue setuju sih.. selain itu penjelasan pacaran menurut zarry ada juga disini dan disini dan juga tentang persahabatan lawan jenis disini.

  1. tapi kalo kita gak pacaran, kita gak berhak megang tangan, meluk, nyium dll gitu dong ?

– itu dia. Jadi tujuan lo pacaran itu biar lo berhak atas dia ? lagian, kalo gitu mah gak harus pacaran kali :P, temenan aja kadang dapet kok. Hahahha

42. terus kalo gak pacaran entar dibilang jomblo dong ?

– yaelah tong, elu dibilang jomblo doang sedih, gimana perasaan Jokowi sama Prabowo pas pilpres kemaren coba :(. atau pikirin nasib musdalifah yang mau cerai sama Nassar. sedih 😦

bersambung…

ini adalah lanjutan dari beberapa pertanyaan yang pernah saya tulis sebelumnya disini

 

 

Review : The Amazing Spiderman 2

Dalam sekitar 5 tahun ke belakang dan kedepan kita akan banyak dijejali film-film jagoan dari Marvel. dari Iron Man, Captain America, The Avengers, Thor, The Guardian of The Galaxy, X-Men, dan tentu saja salah satu jagoan terbesar Marvel, Spiderman, si tukang jaring. itu belum ditambah jagoan seperti Ant-Man yang belum pernah gue tau, walaupun gue sendiri masih berharap Black Widow dan Hawk Eye punya film sendiri. dan semalam, gue baru aja nonton film ini :

the-amazing-spider-man-2-poster-fan-made-cuviq4nd

yamaap ya coy kalo reviewnya udh kelamaan banget. Gimana gue mau cepet-cepet nonton KALO DI PADANG KAGAK ADA BIOSKOPNYAHH ? ya gue mesti nunggu film ini beredar di dunia perdonlotan dong.. eniwei, akhirnya setelah berjarak sangat lama dari waktu rilisnya di Amerika, gue dapet juga file MKV ini dengan size 2gb aja dooonggg… *elus-elus flashdisk*.

Mari kita masuk ke dalam film. *buka Laptop* *buka Baju* *idupin kipas angin

film ini masih diperanin abang sepupu gue yang cakepnya nauzubillah, Bang Andrew Garfiel sebagai Peter Parker. kenapa Andrew Garfiel yang ditunjuk jadi Peter Parker ? karena kalo nunjuk Ariel, maka jadinya peterpan. *kriikk*  😦 . dan cewek yang dominan disini masih nona kesayangan kita yang anggun dan jelita, nona Emma Stone. *tepuk tangan*. 😀

Andrew-Garfield-Emma-Stone-Spider-Man-2-300x451they’re look so adorable, right ? :3

Btw, disini, Spiderman punya banyak musuh sih, di-itung-itung ada 3, yaitu Electro (Jamie Foxx), Goblin yang tak lain dan tak bukan adalah Harry Osborn yang sohibnya Peter sendiri, dan Rhino.

gue gak akan terlalu banyak cerita isi filnya sih, tapi ceritanya dimulai dari saat gangster Rusia yang dipimpin sama Alexei siapa gituh ngambil plutonium. gue sih agak kecewa sama gangster-gangster ini, soalnya pas mereka maling tuh bahan kimia dan bikin Spidey terpaksa ngejar-ngejar mereka, sebenarnya Peter Parker laghi ngelangsungin wisuda pada saat itu. Man, jalan menuju wisuda itu susah, ehpas hari wisuda lo tiba, lo malah disuruh lari lompat kesana – kemari ngejar penjahat. taik emang nih penjahat, kagak ada rasa kasian sama pelajar dan mahasiswa. seperti biasa, Jagoan kita yang berkostum Barcelona ini berhasil meringkus lawan-lawanya dan datang di Injury Time wisuda, dan yang bikin gue sakit hati, Dia langsung nyium Emma Stone a.k.a Gwen Stacy yang tidak lain dan tidak bukan adalah mantan gue di SMA dulu. *sedih*

EmmaStoneDear Emma, kenapa engkau menyakitiku lagi dan lagi, Sayang ?

Kemudian pas lagi nangkepin penjahat tadi, Spidey ketemu seorang tukang listrik bernama Max Dillon yang cupu abis. Rambutnya kadang pengen gue tutupin pake kue nagasari biar kelihatan agak manis dikit.  Max Dillon inilah yang kelak jadi the Electro. jadi secara tidak langsung, adegan laga di film ini berkisah tentang tukang jaring dan tukang listrik 🙂 :D. atau mari kita buat berkualitas sedikit, antara Jagoan dan musuhnya yang merupakan Anak Tekhnik Elektro.

102.jpg

The Electro di versi kartun global jam 8 pagi.

The-Amazing-Spider-Man-2-Electro

Elektro versi film bioskop.

JAMIE-FOXX-620qere_1715054a

dan ini Max Dillon, tokoh elektro sebelum digigit belut.

 gue sebenarnya gak inget, tapi seinget gue di film pertama sama sekali gak ada diceritain tentang Norman Osborn dan juga putranya, Harry. Eh tau-tau di film ini Norman udah mati aja, dan si Peter sama Harry juga udah sahabatan. Nah di film ini, gue mulai gak nyambung. Beda kan ya sama jaman Tobey Maguire yang diceritain sangat detail tentang hubungan mereka. Ngeniwei, gue kecewa sama pemeran Harry di film ini yang kayaknya cupu banget. sementara Harry di film versi lama kan kelihatanya cowok banget, kalo jadi penjahat ya cocok. Nah kalo di versi ini ya gimana yah, agak layu aja gituh.

tasm2_-_harry_osborn_-_cast

udah 2014, dan rambut Harry masih model Poni Lempar aja.

udahlah, nanti ada adegan Peter tau semua tentang penemuan orang tuanya, tentang Peter sama Gwen putus, tentang Harry yang sekarat, dan tentang Peter dan Gwen yang terancam LDR walaupun katanya udah putus. Bingung gak lo ? tapi ada satu momen, eh dua deng yang bikin gue berkaca-kaca. Yang satu pas Peter sama Gwen putus, lalu berusaha buat temenan lagi, dan saat Harry bicara sama Bibinya. Pas bibinya bilang ke Peter “you are my boy”, dan Peter bilang ” i’m still your boy”, gue terenyuh sekali. sayang sekali, mereka tidak terlalu banyak diekspos. Padahal, gue rasa ada banyak yang bisa digali disini.

Sampai disini gue udah cukup puas lah, walau agak kecewa. eh Pas Spidey kelahi sama Green Goblin, gak taunya Gwen Stacy kesayangan kita para jomblo ituh mati aja dong kepental jatuh dari ketinggian. Disini gue mulai ngedumel sama Sutradaranya, LO BISA BIKIN FILM KAGAK SIH ? YAMASAAA CEWEK SECANTIK ITU DIBIARIN MATI?” *dibekep sutradara*

sebentar, mari kita berduka buat Gwen Stacy, walaupun kita udah putus, aku tetep sayang kamu kok Say.

gue kira udah ampir abis aja nih film, eh taunya masih nongol satu musuh lagi, Rhino. Rhino ini sejenis robot badak yang dimainin sama Alexei gangster Rusia di awal film, gue udah semagat-semangat nih nonton. eh pas spidey nyerang Rhino yang bantet dan menggemaskan itu, filmnya malah abis. kampret !

59754.9

Kelihatannya aja gagah, eh pas nonton malah kesannya bantet dan nggemesin.

udah ah, kesel gue ngereview film ini. Overall, gue pikir film ini cuma dapet 7 dari 10 sih, tapi buat yang butuh film komedi romantis, tontonlah film ini. cinta Gwen sama Peter berasa banget di film ini, pun sebaliknaya. walaupun jomblo, gue masih bisa kok nangkep cinta mereka. Film ini kedoknya doang yang superhero, sebetulnya ini komedi romantis. Dan efek CGI-nya juga keren banget, kita berasa jadi nonton film Power Ranger gitu. btw, ada beberapa moment yang harus lo lihat disini :

Andrew-Garfield-Little-Boy-Set-Spider-Man-2

0513_amazing spider-man-2_rhino_10

bersama , kami akan melindungi kota Newyork SALAM DUA JARI !

taquilla-usa-un-spider-man-poco-alucinante-abre-la-temporada-de-verano-680x453

Anjing lah ini pemerintah, gaji gue gak turun-turun. kepaksa deh kerja jadi pemadam kebakaran

Mengapa saya tidak memilih Prabowo dan Hatta Rajasa ?

Tulisan ini berkaitan dengan politik. Agak sotoy memang, gue juga takut ketika berbicara politik seperti ini bisa mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kasus Zarry Hendrik tempo dahulu. Namun gue ambil resikonya, asalkan keluarga gue tidak diapa-apain.

Pemilu Presiden berlangsung beberapa hari lagi, hanya saja begitu banyak masyarakat kita yang apatis terhadap pemilu ini. Alasannya sederhana saja, siapapun yang menjadi presiden tidak akan mengubah hidup mereka. Setidaknya, demikian yang saya dapat dari hasil ngobrol dengan beberapa bapak-bapak yang kerjaanya nongkrong di arung kopi sepanjang hari. Lah gimana hidup mau berubah kalo saban hari nongkrong di warkop mulu, pak ? *toyor kepala bapaknya*

Namun, gue juga tidak bisa menyalahkan mengapa kemudian banyak masyarakat kita seperti itu. Sudah begitu lama masyarakat kita menanti perubahan, tapi nyatanya tidak datang-datang. Selain masyarakatnya sendiri yang enggan untuk berubah, sebenarnya. Ketika kemudian pemilu presiden datang lagi, maka sepertinya bagi masyarakat yang begitu, memilih untuk tidak memilih adalah pilihan yang harus diambil. Toh, pada awalnya juga gue pingin golput kok.

(dari titik ini, kata gue akan berubah menjadi saya. Biar kesannya serius. Ehem.)

Sebelumnya, saya terkejut dengan antusias rakyat Indonesia dalam Pillpres kali ini. bahkan mereka tidak menutupi kenyataan bahwa mereka mendukung salah satu capres. Dulu di kala saya kanak ( waktu itu partainya hanya 3), saya ingat saat pernah menanyakan apa pilihan partai yang dipilih oleh ibu dan beberapa om saya, kata mereka itu rahasia, tidak boleh dibocorkan. Sungguh berbeda dengan saat ini. Terlepas dari apakah saat itu saya hanya dibohongi oleh keluarga atau tidak.

Lalu bagaimana dengan kedua pasangan sekarang ?

Dari dua pasangan yang ada, maka pada akhirnya jika diberikan kesempatan memilih, saya akan memilih Jokowi dan Jusuf Kalla.

Pertanyaan selanjutnya, kenapa saya memilih untuk memilih Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai Presiden ?

Karena, saya tau saya tidak mungkin memilih Prabowo dan Hatta Rajasa. Itu saja.

Tapi sebelum kesitu, mengapa pada akhirnya cuma dua pasangan ini saja yang maju ? i mean, dulu rumornya pernah ada Anies Baswedan, Gita Wiryawan, dan Mahfud MD hingga Rhoma Irama dan Farhat Abbas.  Mereka semua pada kemana ? tapi Gita Wiryawan ini lucu sih. Mundur jadi mentri gara-gara mau fokus nyapres, eh pas nyapres gak ada partai yang mau dukung L. Mahfud MD beda lagi, beliau ini ditipu sama cak Imin. Bukan ditipu sih, di PHP lah yah. I feel you, broh.

Apa bagusnya Jokowi ?

Jadi begini, pernah lihat debat capres  ? apa yang dikatakan Prabowo ? tentang uang 1600 T, tentang menjanjikan kenaikan gaji, tentang korupsi yang dikatakannya karena gaji yang kurang, tentang memberi uang. Tentang uang, selalu begitu. Siapa yang tidak tertarik dan tergoda tentang kenaikan gaji ? hanya saja, pada kenyataanya tidak akan semudah itu. Hanya orang-orang yang tidak terdidik (dalam artian mental) saja yang akan tergoda dengan uang. Jika kemudian dia menjanjikan hal-hal yang begitu, pada akhirnya apa yang membedakan Prabowo dengan MLM ? sungguh kawan, bukannya saya munafik tidak tertarik dengan uang, hanya saja rasanya masa depan bangsa ini sebagai tempat untuk generasi kita selanjutnya lebih penting.

Jokowi tidak menjanjikan itu, dia menjanjikan (atau berharap bisa memberikan) sesuatu yang bagi saya lebih berkelas, yaitu rakyat bisa menghidupi dirinya sendiri dengan dukungan negara. Ketika kemudian kita bisa menghidupi diri sendiri tanpa harus bergantung kepada orang lain, disitulah saya merasa merdeka.

Yang paling menggoda dari Jokowi adalah perihal revolusi mental, dan memanusiakan manusia. Sungguh jangan kira ini adalah perihal gampang, ini hal yang sulit bukan buatan. Berapa banyak manusia di sekitar kita yang berprilaku seperti binatang ? berapa banyak manusia disekitar kita yang diperlakukan seperti binatang ? dan berapa lama lagi engkau tega melihat mereka seperti itu ? jangan kata  anda tidak pernah melihat yang seperti ini jika kemudian mengatai teman anda (kelakuannya) mirip anjing. Jangan.

tapi kan Jokowi adalah presiden boneka ?

BpFphftCMAIg4cC (1)

Apa hanya karena itu ? mengapa sedikitpun tidak punya rencana memilih Prabowo dan Hatta ?

Hingga sekitar Desember 2013, saya pernah mengatakan kepada ibu saya bahwa Prabowo akan jadi presiden Indonesia, karena ia gagah,tegas, dan memang niat jadi presiden sudah dari lama. Lama banget malah. Pada saat itu, saya juga memilih Prabowo untuk menjadi presiden nusantara ini. Tapi kemudian akal sehat ini bertanya lagi, apa saja yang dibawa Prabowo ? siapa Prabowo ini? Seperti apa Prabowo ini?

Prabowo adalah mantan menantu Soeharto, seorang anggota militer papan atas yang diberhentikan jabatannya (BACA : dipecat). Terlibat dalam penculikan aktivis dan pelanggaran HAM. Ini adalah hal yang berat. Kemudian disebutkan juga bahwa Prabowo adalah pengusaha, sayang usahanya inilah yang membawa dia kedalam tumpukan hutang sebesar 14 triliun. Saya yakinkan anda bahwa anda sedang tidak salah baca dan saya tidak salah ketik, iya bung EMPAT BELAS TRILIUN !! NOLNYA ADA DUA BELAS ! *saya tidak begitu yakin terhadap jumlah nol*

Teman saya bilang, bahwa perihal penculikan aktivis itu sepenuhnya bukan salah  Prabowo. Itu adalah perintah atasannya. Dan dalam militer, kita tidak boleh melanggar dan menolak perintah atasan. Disini, saya mulai berbeda pandangan. Saya adalah anak yang dari  kecil biasa dikritik, dan memberikan kritik, yang artinya setiap keputusan masih bisa diperdebatkan. Apa yang saya takuti adalah, apa kita harus selalu menuruti Prabowo ? toh dia adalah orang militer, dan dalam militer tidak ada yang boleh melawan perintah  atasan. Namun bagaimana jika perintah itu sendiri adalah sesuatu yang salah? Kita cuma diam dan menuruti  ? tidak. Memimpin militer itu tidak sama dengan sipil. Dalam memerintah rakyat sipil, selalu ada penolakan, keberatan, kritik dan sebagainya. Berbeda dengan memimpin militer yang mengatakan siap dan ya saja.

Prabowo mengagungkan demokrasi dalam debat capres beberapa edisi ini, tapi sungguh saya justru meragu. Silahkan anda mengatakan saya suuzan atau memiliki prasangka buruk yang belum teruji, tapi sungguh saya takut dipimpin seorang fasis .(apalagi prasangka saya ini didukung oleh video Ahmad Dhani yang menggunakan seragam Nazi)  Dipimpin fasis, beberapa Negara memang sempat mengalami kejayaan. Jerman dan Italia dulu contohnya. Mereka ditakuti Negara lain. Tapi apa rakyatnya bahagia ? saya tidak ingin pemerintahan yang mutlak dan selalu menganggap mereka selalu benar dan memiliki hak atas segalanya, bagi saya itu hanya akan mengecewakan pejuang bangsa yang membawa kita kedalam demokrasi ini, yang rela kehilangan nyawanya bagi masa depan bangsa ini.

Lalu, apa yang memberatkan hati saya untuk memilih Prabowo adalah pernyataannya dalam debat capres pertama yang mengatakan bahwa korupsi  ada karena gaji yang kecil. Man, mau gaji besar, kecil manusia gak akan pernah puas. Sekalipun gaji lo 100 juta sebulan, kalo korupsi bisa membuat 1 00 miliar dalam waktu singkat, ya disikat juga. Terus terang, berdamai dengan korupsi dan orang-orang yang korup adalah sesuatu yang mutlak salah bagi saya.

Saya tidak mengatakan bahwa tim Jokowi diisi oleh orang-orang yang berkompeten seluruhnya, toh pasti ada cecunguk busuk nangkring disana. Megawati contohnya, orang yang membuat Jokowi kelihatan seperti bonekanya. Hanya saja melihat siapa saja yang ada di tim Prabowo, saya malah tertawa terbahak-bahak. Disana ada  Hatta Rajasa, Mahfud MD, Surya Dharma Ali, PKS (yang melakukan korupsi daging sapi dan tempat bernaungnya Tifatul Sembiring), serta yang membuat saya geleng-geleng kepala, FPI (front Pembela Isalam). Hatta Rajasa adalah cawapres yang selalu berbicara kepastian hukun, entah ia sempat melihat kecermin atau tidak sebelum ia mengatakan itu. Surya Dharma Ali adalah orang yang melakukan korupsi biaya pengadaan haji. Oh, mengkorupsi kegiatan keagamaan agama mayoritas suatu Negara ketika menjabat sebagai menteri agama. Hebat bukan buatan benar orang ini. Jika anda masih butuh bahan tertawa, disana ada Aburizal Bakrie. Apa yang membuat saya tertawa kepada aburizal bakrie ? anda bisa cari penyebabnya. jika anda tidak tertawa atau meringis geram, maka rasanya anda akan dihadiahi adipura atau kalpataru, terserah Hatta Rajasa lah nama penghargaanya apa.

Saya tidak mau dipimpin oleh mereka.

Hanya saja, saya tidak menutup mata jika kemungkinan besar yang akan menjadi Presiden rakyat Indonesia berikutnya adalah Prabowo. Saya mendukung Jokowi -tentu saja-, tapi pergerakan dan sosialisasi Jokowi masih terasa kurang. Saat tim Jokowi bikin konser dengan ratusan penampil dan ribuan penonton relawan, tim Prabowo sudah mengunjungi banyak pelosok desa, dari pintu ke pintu, hingga memberikan mereka santunan dalam amplop (biasanya berjumlah 100 ribu, tapi kalo kurang beruntung Cuma dapat 75 ribu, dipotong panitia buat zakat mungkin). Sementara tim Jokowi hanya menggunakan tagar #SalamDuaJari  dan #AkhirnyaMemilihJokowi dan foto “I Stand on the Right Side”. Pergerakan di social media ini  serasa tidakada apa-apanya jika membandingkan dengan apa yang dilakukan tim Prabowo ke desa-desa. Ironis, Jokowi yang ndeso itu bahkan tidak mendapati simpati dan dukungan dari rakyat desa. Dan yang memahami apa yang ditawarkan oleh Jokowi adalah para kaum yang memiliki pendidikan cukup. Ini menyedihkan sekali sebenarnya. Jika tidak percaya, silahkan nongkrong di warung kopi atau pergi ke kantor lurah atau pos kamling terdekat, Prabowo adalah mayoritas.

Maka dari itu, saya telah belajar menerima kekalahan. Tapi meskipun nantinya Jokowi dan JK kalah dalam pilpres ini, toh saya tidak akan menyesal, dan mulai mendukung program Prabowo, karena toh saya tau bahwa I Stand On the Right  Side. Dalam sisi mendukung Indonesia menjadi Negara yang lebih baik, tahun ini, tahun berikut, dan selamanya.

Pada akhirnya, saya setuju sama Banbanpret bahwa : Saya memilih bukan karena tahu pilihan yang benar dan salah, saya memilih karena ada pilihan yang waras. Manusiakanlah manusia yang masih manusiawi. 

“Semua pilihan pasti berkonsekuensi. Kita bisa bebas nggak milih, tapi nggak bisa bebas dari konsekuensi yang telah kamu pilih.

Resiko bahwa gue memutuskan untuk memilih sekarang, agar masih bisa mengkritisi polemik apa yang akan terjadi di masa mendatang. 

Resiko bahwa gue menjatuhkan pilihan kepada Pak Jokowi, adalah masih lebih baik daripada ngedumel di kemudian hari padahal waktu pilpres juga diam seribu kata. 

Resiko bahwa gue pastinya masih ngeri akan jadi apa dengan para tokoh pendukung Jokowi sekarang di masa mendatang. I mean, semua orang pasti punya kepentingan ‘kan?  

Eniwei, jangan sampai pilpres ini merusak pertemanan kita. Bagaimanapun, pertemanan adalah nomor satu, kalo presiden tetap nomor dua. *Kemudian diculik*

BryIxQdCUAABBi1

SALAM DUA JARI !

ps : untuk tau apa saja prestasi kedua capres, silahkan buka http://fakdacapres.com/

Karena Sepakbola Tak selalu Menyenangkan

 

Gambar

 

 

2002, untuk pertama kalinya aku mulai menonton Piala Dunia. Waktu itu aku sudah mengidolakan Filippo Inzaghi dan Manuel Rui Costa. Keseringan menonton pun mulai membuat aku ingin mencoba bermain di lapangan sesungguhnya. Tak lama setelah itu, aku (beserta jutaan anak lelaki di seluruh dunia) pun bermimpi untuk menjadi pemain sepakbola professional. Sebelum kemudian aku sadar ini adalah hal yang sedikit tidak mungkin.

Aku pernah diultimatum orang tua sendiri. Dulu orang tua ku menganjurkan untuk mendalami bola basket, aku tidak mau. “Kalau mau hidup dari sepakbola, maka jangan jadi pemain.” Itu kata yang ku dengar dari kedua orang tua. Waktu itu, aku belum terlalu paham akan kalimat itu.

*****

Kita hidup dalam pemikiran tentang betapa menyenangkannya hidup sebagai pesepakbola professional, tentang nikmatnya hidup akan kejayaan. Hidup mewah, mobil sport, cewek cantik, sponsor, dan dikenal orang di seluruh dunia. Siapa yang tidak tergoda akan ini ? belum lagi gaji pemain dunia yang mencapai 1-4 miliar per pekan. Iya perpekan. Bahkan ketika juara Liga Champions kemarin, hadiah yang mereka terima menyentuh angka 86 juta euro yang jika dirupiahkan sekitar 1 triliun lebih. Cukup untuk membelikan 1 stel baju lebaran untuk seluruh masyarakat di kabupaten tempat aku tinggal.

Namun, apakah memang seperti itu kenyataannya ?

Ternyata tidak

Sepakbola ternyata tak sebahagia itu. Ada cerita tentang Moacir Barbosa, kiper Brasil di Piala Dunia 1950 yang karena tidak sanggup mencegah kebobolan di menit ke 79 di Final piala dunia, membuat ia dijauhi masyarakat Brasil seumur hidupnya dan tenggelam dalam kesepian, bahkan hingga ia mati. Hingga mati. Mengerikan. Juga cerita tentang Andre Escobar, bek tim nasional Kolombia yang gara-gara melakukan gol bunuh diri, ia ditembak ketika pulang ke kampung halamamannya. Belum lagi tentang protes rakyat brasil terhadap piala dunia yang tersampaikan dalam grafitti berikut ini :

Gambar

Lalu bagaimana dengan sepakbola Indonesia ?

Sepakbola Indonesia ini menyedihkan kawan. Percayalah. Lihat betapa gembiranya kita ketika tim nasional U-19 memberikan kita harapan akan sepakbola yang lebih baik ? sebelumnya timnas U-23 yang berisikan Egi, Patrich Wanggai,Diego Michels, dkk juga memberikan kita harapan serupa. Yah walaupun kini entah bagaimana.

Lihat apa prestasi membanggakan kita ? dari banyak yang aku baca, yang paling membanggakan adalah ketika menahan imbang Uni Soviet dengan skor 0-0. Itu hanya berhasil menahan imbang, bukan memenangkan pertandingan. Jangan lagi bicara tentang menjuarai turnamen.

Aku belum sekalipun menonton pertandingan Indonesia Super League di musim ini, baik nonton langsung ke Stadion maupun sekedar lewat pesawat televisi. Tapi dari yang teman aku bicarakan, ada hal yang aneh. Kata dia, Sepakbola Indonesia ini mencengangkan. Ketika pertandingan Arema disiarkan Live di TV, maka jumlah penonton di stadion berkurang, sedangkan ketika pertandingan Arema tidak disiarkan Live, maka stadion terisi penuh. Kenapa seperti ini ?

Satu hal yang juga mengherankan bagi aku adalah industri sepakbola Indonesia ini lumayan besar, tapi uangnya mengalir kemana ? mengingat tentang sering terlambatnya pembayaran gaji para pemain

Gaji pemain tidak dibayar tapi menuntut klub berprestasti ? dimana logika pengurus ?

Ketika kemudian perihal gaji berakibat tragedi seperti yang dirasakan Diego Mendieta, para pengurus kemudian lepas tangan. Tanpa seorang pun merasa bersalah.

Sudah banyak tragedi di Indonesia tentang Diego Mendieta, tentang Paul Cumming, pemutusan kontrak sepihak Maman Abdurrahman dan Muhammad Sobran oleh Sriwijaya FC karena cedera mereka, dan yang terakhir perihal kematian Akli Fairuz (yang menyedihkannya hanya diumumkan lewat Sosmed, tanpa konferensi pers).

Akhirnya kini aku mengerti maksud bapak, “Kalau mau hidup dari sepakbola, maka jangan jadi pemain”. Rasa-rasanya membuka Café untuk Nobar sepakbola menjadi lebih masuk akal ketimbang menjadi pemain sepakbola itu sendiri.

 

Apakah kereta ini akan berhenti ? atau kau biarkan terus melaju ?

 Gambar

Beritahu aku, berapa banyak hal yang engkau takutkan dalam dunia ini ?

Takut tidak lulus SMA, takut tidak bisa mengerjakan skripsi, takut tidak mendapatkan pekerjaan, takut menjadi tua dan tidak berguna, hingga errrr…… takut tidak kebagian jodoh (uhuk!). Ini belum menghitung takut akan panasnya api neraka, walaupun kemungkinan besarnya disitulah kita menghabiskan waktu nanti :/.

Aku adalah seorang pria yang takut menjadi tua. Pria yang takut dengan segala pertambahan waktu. Waktu (dan ajal) pada akhirnya akan mengambil semua yang aku cintai. Inilah yang membuat aku tidak terlalu menyukainya. Selain itu, waktu juga mengajarkan aku bahwa realita adalah pukulan kasar atas mimpi-mimpi masa kecil. Dia menghujam, membuat luka, dan menyadarkan aku bahwa hanya yang kuat dan mampu cepat belajarlah yangbisa bertahan hidup. Bukan para Barbie.

Apa yang aku takutkan adalah saat waktu dan ajal itu menjemput salah satu atau bahkan kedua orang tuaku. Ini adalah salah satu bagian paling kelam dalam hidup. Bagaimana munngkin kita bisa baik-baik saja menjalani hidup tanpa adanya mereka yang selalu mempercayakan kebaikan kepada kita ? tidak, hidupku tidak akan baik-baik saja setelah ini.

Atau, dibalik. Bagaimana jika aku lebih dulu mendapatkan panggilan dari Tuhan untuk menemui-Nya di Atas sana, apakah kedua orang tuaku, serta keluargaku yang lain akan baik-baik saja kehidupannya ? kuharap demikian. Adalah hal yang tidak baik jika kemudian kehilanganku adalah hal yang memberatkan mereka dalam kehidupan selanjutnya.

Tapi, hal ini adalah hal yang pasti dan akan terjadi bukan? Generasi ini akan mundur dari singgasana dan tahta mereka saat ini. Dan tentu saja, kitalah yang akan menggantikan mereka.

Jike kemudian kau menganalogikan hidup ini sebagai kereta yang terus melaju, bisakah kita menghentikan kereta ini barang sebentar?

Sepertinya tidak bisa, dan tidak boleh tentu saja. Jika seseorang kemudian menghentikan laju kereta ini, maka rusaklah sudah stabilitas hidup orang banyak kemudian.

Tak seorangpun yang bisa menghentikan waktu, atau sekedar memperlambatnya. Yang harus kita lakukan hanyalah berdamai dengan waktu, berdamai dengan diri sendiri, dan berdamai dengan hidup.

 

“ don’t stop this train, Don’t for a minute change the place you’re in..”

 

–          Tulisan ini dibuat dengan latar belakang Stop This Train milik John Mayer.-

 

karena tidak semua hal bisa masuk.

Gue merasa jengah ketika harus berbicara dengan seseorang yang selalu membawa nilai-nilai agama. Gue menganut agama Islam, ya walaupun ibadah gue bolong-bolong, tapi gue tetap beribadah.

Ada rasa kesal ketika kita sedang mengobrol tentang sepakbola misalnya, kemudian dia membawa hal-hal berbau agama. “ menonton sepakbola itu dilarang agama. Sepakbola penuh tipu daya. Gak kebayang dosa messi setiap pertandingan karena sering menipu dan membuat emosi orang lain.” Gue ngakak tentu saja. Dia membicarakan ini secara serius, bukan lagi ngejokes.

Inilah maksud gue bahwa gak semua nilai-nilai agama bisa dimasukkan ke segala urusan. Memang agama telah mengatur semua hal di dunia ini, tapi maksud gue ya mbok dipilah-pilih dulu kalo ngomong. Tentu saja Messi pasti menggocek dan menipu lawan di pertandingan, tapi apakah itu terhitung dosa ? bagaimana dengan Zinedine Zidane yang katanya udah haji ? kalo dia nyetak gol ke gawang lawan, karena gue tau tau yang kebobolan pasti sakit hatinya dan nyakitin orang lain adalah dosa.

Dan ketika gue mengatakan hal di atas gue kemudian dibentak “ kamu tau kenapa nonton bola itu dosa ? karena nabi kita gak nonton itu ? oke. Tamat.

Buat lo yang lagi baca tulisan ini, sadarlah bahwa lo tengah berdosa. Zaman nabi gak ada yang baca blog !

 

i’m not a GOD haters. i just hate His fans club.

Nikah Muda ?

 

 

Gambar

 

Apa untungnya nikah muda ?

Gue menuliskan ini karena gerah akan opini masyarakat kita bahwa siapa yang belum menikah di umur 27  tahun, maka mereka akan melajang seumur hidup atau sebutlah perawan tua atau tidak laku.

Bagi gue,  opini tetangga sekedar bisa selevel kejamnya dengan pemerkosaan, dan masalahnya adalah orang tua kita kebanyakan tidak tahan mendengar ini. Dan ketika gue menanyakan ke beberapa teman “ kenapa memilih nikah muda ?” jawabannya menghindari zina.

Oh Man, isi otak lo Cuma bersetubuh sama selangkangan doang ? kalo alas an nikah Cuma buat gituan, jelas bahwa prioritas  hubungan lo adalah konten konten seksual, bukan sharing hidup satu sama lain dengan pasangan lo.

Gue tidak menolak sepenuhnya nikah muda, hanya  saja gue sedikit menyayangkan di umur 20-23 tahun lo udah nimang anak, bukannya berkarya / karier. Ada emang yang  tetap berkarier setelah punya anak, tapi ya itu, Cuma dikit.

Yang gue takutkan adalah orang-orang yang nikah muda ini tidak tau mesti ngapain setelah nikah, akibatnya mereka Cuma mencari keringat di ranjang doang. Dan lo tau apa ? pertumbuhan penduduk Indonesia bakal pesat banget dicekoki bayi-bayi baru. Umur 21 udah punya satu, umur 32 punya berapa ?

 

Bro, jangan keasikan beranak. Ngebiayain hidup anak itu gak seperti bikin anak yang rasanya enak

Judul yg ditolak nggak diterima juga nggak.

Ada beberapa hal di dunia ini yg nggak gue mengerti, misalnya kenapa menjadi single terkesan sangat hina dan menjadi bahan lelucon di negara ini atau kenapa ratusan orang sangat ngebet untuk masuk ke dunia politik yg rumit dan kotor itu.
Dan satu yg gak bakal bikin gue ngerti adalah mood kepala jurusan di kampus gue, Mr. Didin Tohidin.

Jadi, gue udah berusaha banget buat bikin skripsi yang jarang ada di perpustakaan. Gue mengambil tema “Studi perkembangan taktik sepakbola di Sumatra Barat”. FYI, itu bukan hal yg normal di kampus gue. Kebanyakan disini skripsinya kuantitatif dan ketimbang ngebahas taktik, mahasiswa lebih suka membicarakan fisik dan tekhnik. Mayoritas skripsi disini adalah “Pengaruh kekuatan otot … Terhadap kemampuan …” . Ada kali 70% isi perpus isinya gituan semua.

Jadi gue udah optimis karena emang judul gue udah dibicarakan bareng dosen muda paling top, Anton Komaini.
Dan kemudian, gue berdua sama Tomas masuk ke ruang Mr. Didin, setelah 2 hari sebelumnya nungguin dia punya waktu.
Tomas pertama yg maju, judulnya yg “pengaruh kekuatan otot…” itu udah di acc sebelumnya, jadi dia cuma minta pembimbing doang. Tapi pas disana, dia diprotes “GAK BOSAN KALIAT NGELIAT JUDUL KAYAK GINI TERUS ?”
(Dude, kalo lo bosen ngeliat ginian, TERUS KENAPA LO ACC, NYET !)

Setelah marah ngeliat judul skripsi yg pasaran ini, dia kemudian ngasih 2 pembimbing buat tomas. Kelar. Tinggal gue.

Sialnya, yg gue diteliti banget. Taktik itu apa, gue bisa jawab. Terus alat ukur taktik itu apa ? Lah, seumur-umur gue belajar sepakbola, gue gak nemuin itu alat ukur taktik. Ya menurut ngana aja pak.
Kemudian gue ditanya “Apa pentingnya taktik?”
Gue jawab “penting banget pak. Lebih penting dari skill pemain individu.”
“Kata siapa?”
“Jose Mourinho pak.”
“Emang Si Jose nerbitin buku?”
“Err, nggak pak.”

Dear bapak tersayang, asal tau aja, buku taktik di indonesia ini jarang banget. Gak ada penerbit yg mau nerbitin.

“Terus kalo gak ada buku, kamu mau dapet pegangan tentang taktik ini darimana?”
“Saya punya buku Elektronik Jonathan Wilson pak. Isinya ngebahas perkembangan taktik dari masa ke masa. Cuma ya emang bukunya Bahasa Inggris sih pak.”
“terjemahin.. Bawa ke saya..”
“…”

Dan gue pun akhirnya memilih mundur. Gue orangnya emang gak mau debat sama orang yg selalu menang, walaupun sebenarnya yang menang adalah elu.

Pas gue keluar, ada cewek juga mau ACC judul, lo tau apa yg terjadi ?
“Mau apa ? Acc judul ? Dosen PA nya siapa ?”
“pak *** ini pak.”
“oh oke. Sini saya tanda tangan.”

Gue cuma geleng-geleng kepala. :’)